Thursday, February 27, 2014

Anak tangga

++Sebagian besar orang memandang orang-orang yang tampaknya berhasil dengan menganggap bahwa mereka bodoh jika mengganti pekerjaan atau gaya hidup, bahkan walaupun mereka membenci apa yang mereka kerjakan. Memang tidak mengherankan jikalau kehidupan yang dikuasai oleh pencarian keberhasilan hari demi hari, tahun demi tahun, langkah demi langkah dan menaiki anak tangga demi keberhasilan ini justru semakin tidak memuaskan dan lebih mencemaskan. Jutaan orang hidup pada titik kritis ini, terperangkap dalam keberhasilan luar dan kelumpuhan dalam hati++

Dalam istilah sederhana, keberhasilan tidaklah sesederhana yang kita kira.
Akan melibatkan banyak usaha dan upaya untuk mencapainya. Bahkan definisi keberhasilan pun nyatanya relatif. Berhasil menurut si A belum tentu diamini sebagai keberhasilan oleh si B, apalagi si C dan si Z. Parameternya akan bersifat pribadi. Kalau ada kemiripan ya wajar saja, tapi kalau persis, nampaknya tidak mungkin. Hal yang unik dan tidak untuk diperdebatkan. 

Sebut saja Bapak M. Dia bekerja di rig lepas pantai. Anaknya berkuliah di perguruan tinggi ternama di Bandung. Pekerjaan beliau di rig adalah sebagai electrician. Tugasnya meliputi perbaikan, pemasangan instalasi, dan perawatan peralatan listrik dan elektronik. Tiap hari berada di rig, tidak satu haripun berlalu dengan wajah yang bersungut-sungut. Ada tekad penuh yang terpancar dari setiap hal baik kecil maupun besar yang dia kerjakan.

Lain lagi Bapak S. Dia bekerja juga di rig lepas pantai, sebagai housekeeper. Sesuai namanya, pekerjaannya tentu saja membersihkan ruang kantor, akomodasi, termasuk toilet dan tempat mandi umum. Lagi-lagi, raut yang cerah dan senyum yang berkembang selalu mudah ditemui di wajahnya.

Sejauh perjalanan dari rig ke rig, tidak banyak ditemui pribadi seperti Bapak M dan Bapak S. Secara garis besar, tentu saja mudah ditemui pribadi yang mengejar materi semata. Terlepas dari masing-masing kebutuhan finansial, pribadi yang seperti ini cenderung tidak puas dan tidak selesai dengan dirinya sendiri.

Pernah bertemu dengan Bapak A. Ini kasus yang berbeda lagi. Beliau memang menghabiskan banyak waktu di lapangan, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Namun di sela waktu liburnya, dia senang sekali berkunjung ke perguruan tinggi untuk berbagi ilmu. Beliau juga mudah ditemui di sosial media. Karena tak jarang dia akan menyampaikan pesan langsung atau terselubung. Hal ini artinya, ada juga pihak yang menyukai pekerjaan ini dan mengumpulkan berbagai pengalaman untuk nantinya dibagi pada junior atau orang-orang sekeliling. Dia tidak berkeberatan untuk membagikan apa yang dia ketahui atau informasi yang dia rasa berguna bagi orang lain. Jangan heran jadinya bila dia seperti punya klub dengan ribuan penggemar di sosial media.  Tapi jumlah orang seperti ini tidak banyak.

Menjalani kehidupan pekerjaan di lapangan tidak mudah. Tentu saja.
Menjalani kehidupan pekerjaan di non-lapangan juga tidak mudah. Itu pasti.

Anak tangga tiap pribadi itu berbeda.
Kecuraman anak tangga akan berbeda juga bagi tiap individu.

Anak tangga Bapak M, S, A, pastinya berbeda. Kesamaannya, mereka sudah menentukan anak tangga macam apa yang sedang dijalani.

Bagi kita yang masih belum menemukan atau memilih anak tangga yang akan dinaiki, tetaplah mencari. Anak tangga itu tidak akan selalu lurus dan landai. Bahkan mungkin ada anak tangga yang tertutup kabut pekat. Irup iku gawe urup.


Tetap melangkah. Jangan takut. Dan senyumlah :)

No comments:

Post a Comment