++Sebagian besar orang memandang orang-orang yang tampaknya berhasil
dengan menganggap bahwa mereka bodoh jika mengganti pekerjaan atau gaya hidup,
bahkan walaupun mereka membenci apa yang mereka kerjakan. Memang tidak
mengherankan jikalau kehidupan yang dikuasai oleh pencarian keberhasilan hari
demi hari, tahun demi tahun, langkah demi langkah dan menaiki anak tangga demi keberhasilan ini justru semakin tidak
memuaskan dan lebih mencemaskan. Jutaan orang hidup pada titik kritis ini,
terperangkap dalam keberhasilan luar dan kelumpuhan dalam hati++
Dalam istilah sederhana, keberhasilan tidaklah sesederhana yang
kita kira.
Akan melibatkan banyak usaha dan upaya untuk mencapainya. Bahkan
definisi keberhasilan pun nyatanya relatif. Berhasil menurut si A belum tentu
diamini sebagai keberhasilan oleh si B, apalagi si C dan si Z. Parameternya
akan bersifat pribadi. Kalau ada kemiripan ya wajar saja, tapi kalau persis,
nampaknya tidak mungkin. Hal yang unik dan tidak untuk diperdebatkan.
Sebut saja Bapak M. Dia bekerja di rig lepas pantai. Anaknya
berkuliah di perguruan tinggi ternama di Bandung. Pekerjaan beliau di rig
adalah sebagai electrician. Tugasnya meliputi
perbaikan, pemasangan instalasi, dan perawatan peralatan listrik dan
elektronik. Tiap hari berada di rig, tidak satu haripun berlalu dengan wajah
yang bersungut-sungut. Ada tekad penuh yang terpancar dari setiap hal baik
kecil maupun besar yang dia kerjakan.
Lain lagi Bapak S. Dia bekerja juga di rig lepas pantai, sebagai housekeeper. Sesuai namanya,
pekerjaannya tentu saja membersihkan ruang kantor, akomodasi, termasuk toilet
dan tempat mandi umum. Lagi-lagi, raut yang cerah dan senyum yang berkembang
selalu mudah ditemui di wajahnya.
Sejauh perjalanan dari rig ke rig, tidak banyak ditemui pribadi
seperti Bapak M dan Bapak S. Secara garis besar, tentu saja mudah ditemui
pribadi yang mengejar materi semata. Terlepas dari masing-masing kebutuhan
finansial, pribadi yang seperti ini cenderung tidak puas dan tidak selesai
dengan dirinya sendiri.
Pernah bertemu dengan Bapak A. Ini kasus yang berbeda lagi. Beliau
memang menghabiskan banyak waktu di lapangan, berpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain. Namun di sela waktu liburnya, dia senang sekali berkunjung ke
perguruan tinggi untuk berbagi ilmu. Beliau juga mudah ditemui di sosial media.
Karena tak jarang dia akan menyampaikan pesan langsung atau terselubung. Hal
ini artinya, ada juga pihak yang menyukai pekerjaan ini dan mengumpulkan
berbagai pengalaman untuk nantinya dibagi pada junior atau orang-orang
sekeliling. Dia tidak berkeberatan untuk membagikan apa yang dia ketahui atau
informasi yang dia rasa berguna bagi orang lain. Jangan heran jadinya bila dia
seperti punya klub dengan ribuan penggemar di sosial media. Tapi jumlah orang seperti ini tidak banyak.
Menjalani kehidupan pekerjaan di lapangan tidak mudah. Tentu saja.
Menjalani kehidupan pekerjaan di non-lapangan juga tidak mudah.
Itu pasti.
Anak tangga tiap pribadi itu berbeda.
Kecuraman anak tangga akan berbeda juga bagi tiap individu.
Anak tangga Bapak M, S, A, pastinya berbeda. Kesamaannya, mereka
sudah menentukan anak tangga macam apa yang sedang dijalani.
Bagi kita yang masih belum menemukan atau memilih anak tangga yang
akan dinaiki, tetaplah mencari. Anak tangga itu tidak akan selalu lurus dan
landai. Bahkan mungkin ada anak tangga yang tertutup kabut pekat. Irup iku gawe
urup.
Tetap melangkah. Jangan takut. Dan senyumlah :)